Minggu, 03 Agustus 2014

Sebuah Harapan Stand Up Comedy Santri

Dalam dua-tiga tahun terakhir, stand up comedy mulai populer di Indonesia. Hal itu tidak terlepas dengan campur tangan tokoh nasionalis muda dan inspiratif Pandji Pragiwaksono yang berhasil mengenalkan komedi berjenis monolog ini ke tengah-tengah kita masyarakat Indonesia.

Berawal dari ketidak-sengajaan, Pandji waktu itu membeli DVD "Robin William Live in Brodway". Pada saat menonton DVD itu, Pandji kagum dengan kehebatan Williams. betapa hebatnya diri Williams membuat penonton tertawa selama nyaris 2 jam. Berawal dari itu, Pandji selalu mencoba ber-stand up disela-sela konsernya selama 30 menit dan ia rekam. Secepatnya setelah ia punya rekaman dirinya stand up langsung ia unggah ke youtube dengan judul generik "Stand Up Comedy Indonesia". memang pada saat itu di youtube tidak ada satupun orang yang mengunggah rekaman stand up. Dan dengan judul itu, Pandji berdalih yang ingin melihat orang Indonesia stand up, pasti akan mencarinya dengan kata kunci itu.

Sebelum Pandji mempopulerkan stand up. Secara kultur, stand up comedy di Indonesia sebenarnya sudah tumbuh cukup lama, terutama di kalangan santri-santri salaf. Hanya saja, seni komedi ini tumbuh tanpa nama atau lebih tepatnya dibungkus dengan syiar dakwah. Hal ini terjadi karena dakwah yang disajikan terlalu serius menjadi sesuatu yang membosankan.

Untuk itu, para kyai dan juru dakwah melakukan improvisasi, menyelingi pengajian dengan joke-joke segar untuk mencairkan suasana—terutama untuk pengajian umum, itighasah kubra, dan acara-acara yang dihadiri khalayak publik.

Gaya humor kyai yang khas itu, sebenarnya jika kita tarik lebih belakang, lebih banyak terpengaruh oleh lingkungan Pesantren. Pondok Pesantren merupakan lingkungan pendidikan warisan para Ulama yang mempunyai selera humor tinggi. Gus Dur, Mantan presiden paling mbanyol sejagat yang juga termasuk orang pesantren pernah suatu saat ditanya tentang "hobinya" berhumor. bagi beliau berhumor sudah menjadi makanan sehari-harinya.

"Gus, kok suka humor terus sih?" tanya seseorang, yang kagum karena humor Gus Dur selalu berganti-ganti.

"Di pesantren, humor itu jadi kegiatan sehari-hari," jelasnya. "Dengan lelucon, kita bisa sejenak melupakan kesulitan hidup. Dengan humor, pikiran kita jadi sehat," sambungnya.

Gus Dur menyadari, bahwa di Pesantren Posisi diametral kyai-santri memunculkan tensionalitas (ketegangan), keengganan, dan bahkan keterhimpitan tidak memiliki ruang gerak di dalamnya.

Namun Tuhan tidak membiarkan manusia tertekan di situasi yang sebenarnya baik-baik saja. Diberinya imajinasi. Satu anugerah dan bekal yang memungkinkan manusia survive ketika terdesak, kreatif ketika terhimpit, dan mengubah ketegangan relasi kyai-santri menjadi kerenyahan dengan menghibur diri melalui humor. karena mungkin itulah satu-satunya media santri untuk menghibur diri.

Kawan-kawan di pesantren tempat saya menimba ilmu, juga biasa open mic pada sela-sela maju menjadi rais untuk menghilangkan kepenatan melaksanakan aktivitas musyawarah yang berlangsung selama 2 jam. meskipun hanya sebagai selingan, hal itu cukup menghibur dan cukup untuk mencairkan suasana.

Pada lain kesempatan, juga ada satu teman yang ingin menggagas stand up di kelas. Bahkan sempat mau dijadikan program khusus di bulan Ramadlan oleh BBS TV. Akan tetapi gagal karena terbentur dengan kegiatan safari dakwah ramadlan.

Dari situ, saya berpikir kalau santri sebenarnya bisa stand up. Namun saya masih ragu apakah lawakan santri dapat diterima oleh masyarakat Indonesia secara luas. Karena lawakan santri biasanya memiliki lingkungan sendiri yang tidak menjadi lucu bagi orang yang tidak mengetahui lingkungan itu.

Akan tetapi keraguan saya itu sudah terjawab. Di stasiun tv nasional, al-hamdulillah baru-baru ini ada comic yang mewakili santri untuk stand up, salah satunya adalah Dzawin. ia adalah salah seorang santri dari banten yang berhasil lolos mengikuti kompetis SUCI 4. Yang menjadikan Dzawin istemewa bagi saya, ia bisa dikatakan sukses memadukan antara budaya santri dan masyarakat secara luas. Ia begitu sadar jika konten acara stand up yang diadakan oleh Kompas bukanlah ditujukan untuk santri semata, melainkan seluruh masyarakat indonesia secara umum. Dengan begitu, materi yang dibawakan oleh Dzawin bisa diterima oleh penikmat stand up secara luas.

Harapan saya, Stand Up Comedy Santri bisa me-nasional. Dan ada stasiun Tv yang secara khusus menayangkan program itu. Iseng-iseng saya mention ke twitter Tv9 tentang harapan saya itu, dan hasilnya syukur al-hamdulillah ada program acara “Temulawak Santri” yang settinganya adalah stand up comedy.



Semoga harapan saya itu tidak hanya menggantung di ruang hampa. Amin...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar